Mengenang Tragedi: Aksi Kamisan Sebagai Peringatan Duka Bangsa
Setiap hari Kamis, di depan Istana Negara, sekelompok orang berpakaian serba hitam dan berpayung hitam berdiri diam. Mereka adalah https://www.aksikamisan.net/ bagian dari Aksi Kamisan, sebuah gerakan damai yang telah berlangsung selama belasan tahun. Gerakan ini bukan sekadar demonstrasi, melainkan sebuah ritual duka yang secara konsisten mengingatkan kita pada tragedi pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang belum tuntas di Indonesia.
Aksi Kamisan dimulai pada Januari 2007, diprakarsai oleh keluarga korban pelanggaran HAM masa lalu. Tujuan utamanya adalah untuk menuntut kejelasan dan penyelesaian atas kasus-kasus pelanggaran HAM berat yang hingga kini masih terabaikan. Payung hitam yang mereka gunakan melambangkan duka, sementara pakaian serba hitam mencerminkan kesedihan yang tak kunjung usai. Aksi ini menjadi pengingat yang menyakitkan namun penting bagi setiap warga negara.
Sejarah dan Simbolisme Aksi Kamisan
Awalnya, Aksi Kamisan lahir dari keputusasaan keluarga korban yang merasa perjuangan mereka di jalur hukum dan politik tidak membuahkan hasil. Mereka menuntut pemerintah, khususnya Presiden, untuk menepati janji-janji penegakan HAM. Salah satu kasus yang menjadi sorotan utama adalah Tragedi Semanggi, Tragedi Trisakti, dan penculikan aktivis 1998. Ibu Maria Catarina Sumarsih, salah satu inisiator, kehilangan putranya, Bernardus Realino Norma Irawan, dalam Tragedi Semanggi I. Perjuangan beliau bersama keluarga korban lainnya menjadi simbol keteguhan.
Payung hitam bukan hanya alat pelindung dari panas dan hujan, melainkan sebuah metafora. Payung tersebut menjadi lambang perlindungan yang gagal diberikan oleh negara kepada warganya. Ia juga melambangkan keberanian untuk menghadapi badai keadilan yang belum datang. Setiap tetesan hujan di payung seolah air mata yang tumpah untuk para korban. Pakaian serba hitam menegaskan suasana duka yang tidak pernah pudar, mengingatkan bahwa luka sejarah ini belum tertutup.
Aksi Kamisan Melawan Lupa
Dalam masyarakat yang rentan melupakan, Aksi Kamisan menjadi jangkar memori kolektif. Tanpa adanya pengingat seperti ini, tragedi-tragedi kelam berpotensi hilang dari ingatan publik dan sejarah bangsa. Aksi ini secara rutin menyuarakan pentingnya penegakan keadilan dan pertanggungjawaban negara. Mereka menolak narasi bahwa masa lalu harus dilupakan demi masa depan. Sebaliknya, mereka percaya bahwa masa depan yang adil hanya bisa dibangun di atas fondasi yang jujur terhadap masa lalu.
Dampak dan Relevansi Aksi Kamisan
Meskipun Aksi Kamisan sering dianggap sebagai gerakan kecil, dampaknya sangat besar. Gerakan ini telah menginspirasi banyak komunitas di berbagai kota untuk melakukan hal serupa, membentuk Jejaring Aksi Kamisan. Hal ini menunjukkan bahwa isu penegakan HAM adalah persoalan nasional yang perlu mendapat perhatian serius. Kehadiran mereka setiap minggu di depan Istana Negara memaksa publik dan pembuat kebijakan untuk selalu melihat dan mengingat. Ini adalah cara damai untuk menagih janji dan memastikan bahwa duka para korban tidak sia-sia. Aksi Kamisan adalah bukti nyata bahwa kekuatan sipil, betapapun kecilnya, dapat menjadi suara hati nurani bangsa.